Kamis, 11 Juni 2009

Kanker Payudara Ancam Remaja Perokok

Wanita yang saat remaja diketahui menjadi penghisap rokok dikemudian hari akan mengalami resiko yang tinggi terkena kanker payudara. Menurut Dr Janet E Olson dari Mayo Clinic College of Medicine di Rochester Minnesota (AS) mengatakan bahwa resiko kanker payudara dimulai saat sang remaja wanita memutuskan untuk merokok atau tidak.

Penelitian yang dilakukan oleh Dr Olson juga menunjukan bahwa para wanita yang mulai merokok sebelum mengalami kehamilan pertama akan memiliki resiko terkena kanker payudara setelah masa menopause.

Sementara bagi wanita yang mengawali kebiasaan merokok setelah melahirkan anak pertama tidak memiliki kecendrungan terkena kanker payudara bila dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah merokok.

"Hasil penelitian kami menunjukan bahwa kanker payudara bisa dicegah saat wanita memasuki masa remaja,' jelas Dr. Janet E. Olson.

Dr Olson juga mencataan bahwa target untuk menanggulangi terjadinya kanker payudara pada waniat bisa dicegah saat masih remaja.

Riset juga memberikan hasil yang konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menyebut menunda kehamilan akan menaikan resio terkena kanker payudara.

Alasan utama dari konsistensi ini sangat erat kaitanya dengan perkembangan payudara selama kehamilan dan persalinan dimana biasanya wanita memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi mereka.

"Jika wanita menunda kehamilan maka resiko itu akan semakin besar dan bisa lebih merusak jika dikombinasikan dengan kebiasaan mereak merokok,' tandas Dr Olson.

Penelitian sebelumnya menyebut bahwa kebiasan merokok akan membuat seorang wanita memiliki resiko terkena kanker payudara setelah masa `postmenopausal`.

Meski untuk yang satu ini masih diperdebatkan karena penelitian lain menyebut tidak ada hubunganya antara merokok dengan resiko kanker payudara.

Dr Olson dan tim melakukan penyelidikan atas data dari `the Iowa Women's Health Study` dengan kisaran wanita berusia 55 hingga 69 tahun pada tahun 1986 dan kemudian diikuti sampai 1999.

Secara keseluruhan 37,105 wanita diidentifikasi berisiko kanker payudara termasuk 7,095 wanita yang mulai merokok sebelm mereka mengalami kehamilan pertama.

Sementara 4.186 diantaranya merokok setelah kehamilan pertama.

Total dari 2,017 wanita diketahui terkena kanker payudara pada masa studi dilakukan.

Seorang wanita yang mengawali kegiatan merokok sebelum melahirkan pertama akan berisiko 21 persen terkena kanker payudara bila dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah merokok.

Hasil penelitian Dr Olson dipublikasikan melalui `the journal, Mayo Clinic Proceedings`.

Dr Olson memberikan penekanan bahwa hasil penelitian mereka tidak memberikan pengertian bahwa para wanita yang mulai merokok setelah melahirkan pertama akan masuk dalam kategori sehat.

Karena menurut Dr Olson, merokok bisa menyebabkan banyak masalah pada kesehatan dan sebaiknya dihindari.

Kesetaraan Cowok dan Cewek

Wah susah banget ya jadi cewek! Begitu banyak pesan: awas pemerkosaanlah, pelecehan seksual-lah, atau tindak kriminal lain. Belum lagi kalau "salah" pakai baju. Bahkan, karena sering dianggap lemah dan mesti dilindungi, sering kali cewek hanya "pantas" dijadikan "korban". Kalau begitu, betapa tidak enaknya menjadi cewek.
Pengalaman ini melekat dan diajarkan secara turun-temurun oleh orangtua kita, masyarakat, serta lembaga pendidikan yang ada dengan sengaja atau tanpa sengaja. Demikian sistematis dan lamanya pola pengajaran perilaku (peran) ini sehingga membuat kita berpikir bahwa memang demikianlah adanya peran-peran yang harus kita jalankan. Bahkan, kita menganggapnya sebagai kodrat. "Kan memang kodrat gue sebagai cewek untuk lemah gemulai, mau menerima apa adanya, dan enggak boleh membantah. Sementara saudara gue yang cowok harus berani, tegas, dan bisa ngatur!" Begini kita sering memahami peran jenis kelamin kita, bukan?
Dari kecil kita telah diajarkan, cowok akan diberikan mainan yang memperlihatkan kedinamisan, tantangan, dan kekuatan, seperti mobil-mobilan dan pedang-pedangan. Sedangkan cewek diberikan mainan boneka, setrikaan, alat memasak, dan lainnya.
Lalu, ketika mulai sekolah dasar, dalam buku bacaan pelajaran juga digambarkan peran-peran jenis kelamin, contohnya, "Bapak membaca koran, sementara Ibu memasak di dapur". Peran-peran hasil bentukan sosial-budaya inilah yang disebut dengan peran jender. Peran yang menghubungkan pekerjaan dengan jenis kelamin. Apa yang "pantas" dan "tidak pantas" dilakukan sebagai seorang cowok atau cewek.
Kondisi ini enggak ada salahnya kok. Nah, akan menjadi bermasalah ketika peran-peran yang telah diajarkan kemudian menempatkan salah satu jenis kelamin (baik cowok maupun cewek) pada posisi yang tidak menguntungkan. Karena enggak semua cowok mampu bersikap tegas dan bisa ngatur, maka cowok yang lembut akan dicap banci. Sedangkan jika cewek lebih berani dan tegas akan dicap tomboi. Tentu saja hal ini enggak enak dan memberikan tekanan.
Memperjuangkan kesetaraan
Memperjuangkan kesetaraan bukanlah berarti mempertentangkan dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Tetapi, ini lebih kepada membangun hubungan (relasi) yang setara. Kesempatan harus terbuka sama luasnya bagi cowok atau cewek, sama pentingnya, untuk mendapatkan pendidikan, makanan yang bergizi, kesehatan, kesempatan kerja, termasuk terlibat aktif dalam organisasi sosial-politik dan proses-proses pengambilan keputusan.
Hal ini mungkin bisa terjadi jika mitos-mitos seputar citra (image) menjadi "cowok" dan "cewek" dapat diperbaiki. Memang enggak ada cara lain. Sebagai cowok ataupun cewek, kita harus menyadari bahwa kita adalah pemain dalam kondisi (hubungan) ini. Jadi, untuk bisa mengubah kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan ini, maka baik sebagai cowok ataupun cewek kita harus terlibat.
Meskipun banyak korban dari sistem yang ada sekarang adalah cewek, bukan berarti usaha-usaha untuk mengubahnya adalah tanggung jawab cewek semata. Karena ini menyangkut sistem sosial-budaya, tentu saja kesepakatan harus dibangun di antara kita dong, baik sebagai cewek ataupun cowok. Lalu bagaimana kita memulainya?
1 Bangun kesadaran diri
Hal pertama yang mesti kita lakukan adalah membangun kesadaran diri. Ini bisa dilakukan melalui pendidikan. Karena peran-peran yang menimbulkan relasi tak setara terjadi akibat pengajaran dan sosialisasi, cara mengubahnya juga melalui pengajaran dan sosialisasi baru. Kita bisa melakukan latihan atau diskusi secara kritis. Minta profesional, aktivis kesetaraan jender, atau siapa pun yang kita pandang mampu membantu untuk memandu pelatihan dan diskusi yang kita adakan bersama.
2 Bukan urusan cewek semata
Kita harus membangun pemahaman dan pendekatan baru bahwa ini juga menyangkut cowok. Tidak mungkin akan terjadi perubahan jika cowok tidak terlibat dalam usaha ini. Cewek bisa dilatih untuk lebih aktif, berani, dan mampu mengambil keputusan, sedangkan cowok pun perlu dilatih untuk menghormati dan menghargai kemampuan cewek dan mau bermitra untuk maju.
3 Bicarakan
Salah satu cara untuk memulai perubahan adalah dengan mengungkapkan hal-hal yang menimbulkan tekanan atau diskriminasi. Cara terbaik adalah bersuara dan membicarakannya secara terbuka dan bersahabat. Harus ada media untuk membangun dialog untuk menyepakati cara-cara terbaik membangun relasi yang setara dan adil antarjenis kelamin. Bukankah ini jauh lebih membahagiakan?
4 Kampanyekan
Karena ini menyangkut sistem sosial-budaya yang besar, hasil dialog atau kesepakatan untuk perubahan yang lebih baik harus kita kampanyekan sehingga masyarakat dapat memahami idenya dan dapat memberikan dukungan yang dibutuhkan. Termasuk di dalamnya mengubah cara pikir dan cara pandang masyarakat melihat "cowok" dan "cewek" dalam ukuran "kepantasan" yang mereka pahami. Masyarakat harus memahami bahwa beberapa sistem sosial-budaya yang merupakan produk cara berpikir sering kali enggak berpihak, menekan, dan menghambat peluang cewek untuk memiliki kesempatan yang sama dengan cowok. Jadi ini memang soal mengubah cara pikir.
5 Terapkan dalam kehidupan sehari-hari
Tidak ada cara terbaik untuk merealisasikan kondisi yang lebih baik selain menerapkan pola relasi yang setara dalam kehidupan kita masing-masing. Tentu saja semua harus dimulai dari diri kita sendiri, lalu kemudian kita dorong orang terdekat kita untuk menerapkannya. Mudah-mudahan dampaknya akan lebih meluas

Senin, 16 Maret 2009

studi kasus

Contoh Kasus Normalisasi

1. Dokumen Akademik

Kartu Hasil Studi Mahasiswa

Nama_Mahasiswa : Jones

NIM : 61521

Tgl_Lahir : 12/05/77

No

Kuliah

Kode_MK

SKS

Nilai

Bobot

01

Kalkulus

MAT231

3

B

3

02

Ekonomi-1

ECO220

3

A

4

03

History

HST211

2

B

3

Ka.BiroAkademik Ketua ProgramStudi

AnditoBagaskara,SE Rachmania Aruni,ST

2. Data Dictionary

- Nama_Mahasiswa

- NIM

- Tgl_Lahir

- Kuliah

- Kode_MK

- SKS

- Nilai

- Bobot

-

Terdapat sebuah table dengan komposisi sebagai berikut

Nama_mahasiswa

NIM

Kd_MKul

Jones

61521

MAT231, ECO220, HST211

Diana

61300

HST211

Tony

61425

ENG202, MAT231

Paula

61230

MAT231, ENG202

Tabel mahasiswa di atas belum memenuhi kriteria 1-NF sebab atribut Kd_MKul masih memiliki nilai ganda dalam satu baris. Untuk mengkonversi table mahasiswa tersebut ke dalam bentuk 1-NF, maka kita harus menyusun kembali baris-baris pada Kd_MKul, sehingga setiap baris memiliki nilai tunggal, seperti table di bawah ini :

Nama_mahasiswa

NIM

Kd_MKul

Jones

61521

MAT231

Jones

61521

ECO220

Jones

61521

HST211

Diana

61300

HST211

Tony

61425

ENG202

Tony

61425

MAT231

Paula

61230

MAT231

Paula

61230

ENG202

Tabel mahasiswa di atas sudah memenuhi kriteria 1-NF, tetapi belum memenuhi criteria 2-NF sebab atribut mahasiswa bergantung fungsional pada NIM, dan atribut Kd_MKul juga bergantung fungsional pada NIM, sehingga table Mahasiswa di atas perlu dipecah lagi menjadi dua table agar setiap atribut bukan primary key hanya bergantung sepenuhnya terhadap atribut primary key saja, seperti table di bawah ini :

Tabel Mahasiswa-1


Nama_mahasiswa

NIM

Jones

61521

Jones

61521

Jones

61521

Diana

61300

Tony

61425

Tony

61425

Paula

61230

Paula

61230

NIM

Kd_MKul

61521

MAT231

61521

ECO220

61521

HST211

61300

HST211

61425

ENG202

61425

MAT231

61230

MAT231

61230

ENG202












3. Normalisasi

Terdapat sebuah tabel yang sudah memenuhi criteria 1-NF dengan komposisi sebagai berikut :

Tabel Mahasiswa-C

Nama_Mhs

NIM

Tgl_Lahir

Kuliah

Kd_MKul

SKS

Nilai

Bobot

Jones

61521

12/05/77

Kalkulus

MAT231

3

B

3

Jones

61521

12/05/77

Ekonomi-1

ECO220

3

A

4

Jones

61521

12/05/77

History

HST211

2

B

3

Diana

61300

14/02/78

History

HST211

2

A

4

Tony

61425

11/01/76

B. Inggris

ENG202

2

C

2

Tony

61425

11/01/76

Kalkulus

MAT231

3

B

3

Paula

61230

14/06/77

Kalkulus

MAT231

3

B

3

Paula

61230

14/06/77

B. Inggris

ENG202

2

C

2

Dari tabel Mahasiswa-C di atas terdapat beberapa ketergantungan fungsional diantara atribut-atribut sebagai berikut :

NIM -> Nama_Mahasiswa, Tgl_Lahir

Kd_MKul -> Kuliah, SKS

NIM, Kd_MKul -> Nilai

Nilai -> Bobot

Tabel Mahasiswa-C di atas belum memenuhi kriteria 2-NF. Selama terdapat beberapa atribut seperti Tgl_Lahir, Kuliah yang tidak memiliki ketergantungan fungsional terhadap primary key (NIM, Kd_MKul). Untuk mengkonversi tabel tersebut menjadi 2-NF, maka tabel Mahasiswa-C perlu dipecah menjadi 3 tabel yaitu : Tabel Mahasiswa-C1 = (NIM, Nama_Mahasiswa, Tgl_Lahir), Mahasiswa-C2 = (Kd_MKul, Kuliah, SKS), dan Mahasiswa-C3 = (NIM, Kd_MKul, Nilai, Bobot) dengan komposisi tabel sebagai berikut :

Tabel relasi yang sudah dalam bentuk 2-NF

Nama_mahasiswa

NIM

Tgl_Lahir

Jones

61521

12/05/77

Diana

61300

14/02/78

Tony

61425

11/01/76

Paula

61230

14/06/77

(a) Tabel Mahasiswa-C1

NIM

Kd_MKul

Nilai

Bobot

61521

MAT231

B

3

61521

ECO220

A

4

61521

HST211

B

3

61300

HST211

A

4

61425

ENG202

C

2

61425

MAT231

B

3

61230

MAT231

B

3

61230

ENG202

C

2

(b) Tabel MahasiswaC-2

Kuliah

Kd_MKul

SKS

Kalkulus

MAT231

3

Ekonomi-1

ECO220

3

History

HST211

2

B.Inggris

ENG202

2

(c) Tabel Mahasiswa-C3

Tabel Mahasiwa-C1 dan Mahasiswa-C2 telah memenuhi kriteria 3-NF, namun tabel Mahasiswa-C3 belum memenuhi kriteria 3-NF, selama atribut non-key Nilai dan Bobot masih saling memilki ketergantungan fungsional. Untuk mengkonversinya menjadi bentuk 3-NF, maka Tabel Mahasiwa-C3 tersebut perlu dipecah menjadi 2 tabel yaitu : Tabel Mahasiswa-C3A = (NIM, Kd_MKul, Nilai) dan Tabel Mahasiswa-C3B = (Nilai, Bobot) dengan komposisi tabel sebagai berikut :

Tabel/ relasi Mahasiswa-C3 yang sudah dalam bentuk 3-NF

Nilai

Bobot

A

4

B

3

C

2

D

1

E

0

(a) Tabel Mahasiswa-C3A

NIM

Kd_MKul

Nilai

Bobot

61521

MAT231

B

3

61521

ECO220

A

4

61521

HST211

B

3

61300

HST211

A

4

61425

ENG202

C

3

61425

MAT231

B

2

61230

MAT231

B

3

61230

ENG202

C

2

(b) Tabel Mahasiswa-C3B